Tiongkok sedang menerapkan rezim perizinan ekspor baja yang diperluas sebagai upaya untuk mengendalikan pengiriman baja yang telah meningkatkan gesekan perdagangan di pasar global. Menurut Kementerian Perdagangan, peraturan baru ini akan berlaku mulai 1 Januari.

Berdasarkan perubahan tersebut, eksportir akan diwajibkan untuk mendapatkan izin untuk berbagai macam produk baja. Meskipun perizinan ekspor bukanlah konsep baru di Tiongkok, versi terbaru ini secara signifikan memperluas cakupannya, mencakup sekitar 300 kategori produk spesifik yang digunakan dalam industri otomotif, konstruksi, dan barang konsumsi.

Beijing belum memberikan penjelasan resmi untuk sikap yang lebih ketat ini, tetapi pelaku pasar melihat langkah tersebut sebagai upaya untuk membawa disiplin yang lebih besar pada arus perdagangan. Thomas Gutierrez, seorang analis di Kallanish Commodities, percaya bahwa rezim yang diperluas membantu pemasok Tiongkok menjaga harga tetap rendah dan tetap kompetitif di luar negeri. Menurutnya, langkah ini merupakan penyesuaian administratif yang kemungkinan akan lebih membebani sentimen pasar dalam jangka pendek daripada volume ekspor aktual.

Sementara itu, ekspor baja Tiongkok menuju rekor tertinggi. Pengiriman selama 11 bulan pertama tahun ini telah melampaui 100 juta ton. Perlambatan permintaan domestik telah mendorong produsen untuk semakin beralih ke pasar luar negeri yang berkontribusi pada surplus perdagangan Tiongkok yang memecahkan rekor yang untuk pertama kalinya melampaui $1 triliun.

Aturan baru ini berbeda dari kontrol ekspor yang diterapkan pada barang-barang yang disebut barang-barang penggunaan ganda, seperti logam tanah jarang. Meskipun demikian, eksportir baja sekarang harus menyerahkan kontrak formal dan sertifikat kualitas untuk mendapatkan persetujuan dari Kementerian Perdagangan. Ini menandakan bahwa era ekspor "cepat dan murah" secara bertahap memberi jalan kepada pengawasan yang lebih ketat dan lebih formal.